Drama Dibalik Kudeta Gagal di Turki

Hari Jumat (15/7) menjelang dini hari, saya baru saja balik ke kamar dari sarang pengasingan (calisma odasi), area favorit saya sejak Ramadhan kemarin. Buku-buku, draft thesis, hingga jurnal saya biarkan ‘berserakan di sana’. Sejak urusan di lab selesai, saya memilih tempat tersebut sebagai pelarian *halah*, selain ber-AC dan nyaman untuk belajar, juga ada mushala tempat anak-anak asrama shalat berjamaah.

Ketika membuka pintu kamar, ternyata di dalam kamar sudah ada empat orang. Seorang roomate saya bersama ketiga kawannya yang lain. Mereka sedang bermain kartu.

Sebagai orang yang sedikit mengerti beberapa jenis permainan kartu (termasuk kartu Uno yang lagi ngetren sekarang) tentu saya ikut nimbrung melihat keasyikan mereka main kartu. Mereka memainkan fistcode (tidak tau pengejaan aslinya soalnya dalam bahasa persia) sebuah permainan kartu tarot yang cukup terkenal di negara-negara berakhiran -stan. 10 menit mengamati, akhirnya saya mengerti permainan tersebut. Hingga kemudian saya ikut ambil bagian.

Baru sempat memenangi beberapa kali permainan, salah seorang kawan terpongoh-pongoh mendatangi kami.

“Aduh gawat, hidup ini kacau!” katanya.

Kami yang lagi asyik main kartu tentu tidak mengetahui apa yang dimaksud kawan kami itu. Justru, saya mikir mungkin dia baru saja menjomblo karena diputusin pacarnya, hingga berkata hidupnya sudah kacau. Dia tidak tahu, bahwa di belahan dunia sana banyak orang jomblo, tapi hidupnya biasa saja dan malah tetap (berusaha) bahagia.

“Erdogan dikudeta!” lanjutnya.

“Huh?! yang bener?” kata kami serentak penuh keheranan.

“Jangan ngacau!” kata roomate saya.

“Gak mungkin Erdogan dikudeta, apa sebabnya?” timbal kawan saya yang lain.

Sejurus kemudian, permainan kartu kami resmi berakhir. Kami sibuk mencari-cari informasi tentang kudeta tersebut. Dan ternyata benar.

Saya terus memantu perkembangan, sambil mencatat beberapa hal hingga terbit tulisan awal saya tentang peristiwa tersebut pada pukul satu pagi (artinya dua jam sejak dimulainya kudeta militer).

Perasaan saya was-was, ketar-ketir tidak jelas. Tidak hanya mementingkan status saya yang sebentar lagi selesai dengan urusan saya di sini, tapi saat itu saya memikirkan kemungkinan terburuk seperti yang pernah terjadi di Mesir.

Mbok anakmu terancam mboten cios muleh.

Jam 1.30, semakin banyak info yang masuk. Kawan-kawan saya mengabarkan masjid-masjid serempak mengumandangkan adzan kecuali masjid terdekat dengan kampus saya (soalnya saya sendiri tidak mendengarnya) atau mungkin karena saya di dalam ruangan waktu itu, kurang tau. Selain tentu seruan turun ke jalan dari sang presiden, adzan-adzan itu menggerakan rakyat Turki untuk memenuhi jalanan dan alun-alun kota. Dan itu tidak terjadi hanya di Istanbul dan Ankara. Kawan saya orang Turki, malam itu juga ikut turun ke jalan di alun-alun kota Izmir (padahal tidak terdengar ada tentara kudeta di Izmir).

Rakyat Turki terus bergerak dan semakin menyemut. Dari video-video yang beredar mereka meneriakan yel-yel supremasi demokrasi, anti militerisme, dan di saat yang sama takbir menggema. Sungguh terharu, ketika saya melihat video tersebut. Aksi turun jalan sambil melantangkan takbir. Jadi teringat kisah perang Golipoli satu abad silam, ketika teriakan yang sama mampu memukul mundur tentara sekutu dalam usahanya menjajah Turki.

Pukul 2 pagi, terdengar kabar salah satu helikopter yang dikuasi militer kudeta yang saat itu tengah menembaki markas kantor polisi di Ankara berhasil ditembak jatuh oleh jet F-16 milik angkatan udara Turki.

Dari sini, kemudian semakin menambah keyakinan saya bahwa kudeta kali ini tidak akan berjalan mulus. Salah satu alasannya, tidak semua pasukan militer ikut serta dalam illegal action tersebut. Tentu saja, juga faktor dukungan hampir semua kalangan rakyat Turki.

Jam 3 pagi, saya belum juga tidur masih terus memantau perkembangan. Satu-persatu aset strategis yang sebelumnya dikuasai tentara kudeta berhasil direbut kembali. Bandara, jembatan Bosphorus, hingga stasiun TV milik pemerintah (TRT) kembali on air. Saat itu juga, terdengar kabar bahwa Erdogan telah sampai di bandara Attaturk Istanbul (sebelumnya dia berada di kota Marmaris) kota wisata yang tak jauh dari kota saya tinggal.

Dua puluh menit kemudian, terdengar kabar bahwa upaya kudeta telah diatasi. Lega. Kehawatiran saya hilang seketika, padahal beberapa saat sebelumnya saya sempat shalat hajat yang khusus saya niatkan untuk aksi kudeta ini. Seingat saya, seumur-umur belum pernah melakukan shalat hajat untuk kebaikan sebuah negara (kalau shalat ghoib selepas Jumatan pernah) yang bukan negaranya sendiri (mungkin faktor ketakutan karena saya sedang di negara ini).

Keadaan semakin membaik hingga subuh, meskipun sempat ada perebutan kantor media CNN Turk oleh tentara kudeta tapi itu tidak berlangsung lama karena cepat diatasi.

Dan saya pun bisa tidur nyenyak selepas subuh.

Tapi, sekitar pukul 6 pagi (disaat roomate saya masih tidur) saya seperti dikejar oleh sesuatu (tidak ingat secara jelas apa yang terjadi) saya spontan berteriak keras sambil ancang-ancang lari, tapi kemudian saya sadar bahwa itu ternyata impen-impenan (hal nyata disekitar yang terbawa mimpi) dan sayapun lanjut tidur. Dan bangun jam 9.

“Gimana, apakah kudeta masih berlanjut?” tanya saya ke roomate saya yang sudah terbangun dan sibuk dengan hapenya.

“Tidak, Alhamdulillah kita Selamat haha” dia ketawa.

“Semacam ‘drama’ saja kejadian semalam” lanjutnya.

“Boleh jadi, tapi sungguh keterlaluan kalo ini memang sekedar ‘drama'”

“Benar…” sambungnya.

Tapi apakah kejadian kemarin hanya sekedar ‘drama’? akan disambung tulisan selanjutnya. Banyak teori menarik yang bermain di sini. Selengkapnya silahkan dibaca di sini.

 pray

source pict: nbcnews.com

64 thoughts on “Drama Dibalik Kudeta Gagal di Turki

  1. Nice post! Keep updating, mas..
    Menarik aja bacanya ga perlu baca berita tp ikut update dri org yg ada di turkinya lgsg hehe
    Awalnya tau ada kudeta jg dari postingan yg pertama, baru deh liat sosmed lainnya rame

  2. Terharu :’) artinya Erdogan dicintai rakyatnya. Lalu kenapa pula ada oknum militer yg coba mengkudeta?

  3. Kalau pemerintahan sampai dikudeta berarti ada something wrong atau yang dianggap wrong.
    Baca detik semalam ternyata kudeta ga berhasil ya…

    Nice info mas… hati2 dan semoga semua baik2 saja. Nggak kebayang aja saya sama kecemasan semua orang yang keluarganya ada di Turki.

  4. Semoga ibuk yang memantau lewat berita bisa tenang. Saya kapan lalu melihat berita Bom d Tanah Suci sudah deg2an krn ortu mau naik haji sebulan lagi, gimana kalutnya ibuknya kak Parman liat berita itu. Aduh, semoga tidak rusuh lagi.

  5. Langsung menuju blogmu soale dirimu di Turki wkwkwk…
    eh tapi nasib kalian nggakpapa kan? aku menanyai Nana belum dapat balasan.

    Terus kui semacam teori konspirasi ngunu po pie? Erdogan mengkudeta diri sendiri kah?

    Tak enteni lanjutane mas, aku yo men ora cinta-cinta banget karo bapake :p

    • Hahaha halo mbak Dhita, lama gak berjumpa. Kok iso ngerti blog-ku? mesti kepo ning twitter 😛

      Nana kl gak salah spring kemarin lagi erasmus ke italy atau mana gitu lupa, jadi gak tau apakah masih di sana atau langsung balik Indonesia. Anak2 erasmus, biasanya akhir2 semester begini manfaatin waktu buat jalan2 keliling eropa dulu.

      Hehe oke, ditunggu wae yo mbak 😀

      • bahaha… iyo aku stalker :p

        oh baiklah, yang kerusuhan dulu itu soalnya dia langsung up date baik2 saja, mugi2 sik iki yo baik.

        Sip kubintangin Mas, men entuk apdetan, bisa jadi bahan penyeimbang juga buat temen-temen media. Soalnya kalau baca yang dari Indonesia ya biasane nek apik apiiikk banget nek elek elek banget.

  6. Kalau kudeta ini berhasil negara pertama yang akan memberikan ucapan selamat adalah Amerika Serikat dan sekutunya. Yakin saya. Mereka kan doyannya kepada yang berhasil kudeta lalu mereka sitir sesukanya. Bersyukurlah rakyat Turki sadar akan bahaya yang lebih besar kalau kudeta berjaya.

    Nah, militerpun tak semua rela untuk mengganti sistem (bukan mengganti pemimpin). Semoga ini jadi pelajaran untuk pak Erdogan.

  7. Ikut tegang dan deg-degan bacanya, padahal pas baca ini saya sudah tahu kalau kudeta terhadap Turki tersebut gagal. Btw, kira-kira factor apa yang membuat begitu banyaknya dukungan terhadap Erdogan sehingga kudeta tersebut dapat digagalkan mas? Saya pengen dengar cerita dari pandangan langsung dirimu. Makasih sebelumnya …

  8. Jadi inget kudeta militer di Myanmar lalu…

    Dan btw saya suka banget pemaparan bang Parmantos, atmosfir yang diangkat nggak semencekam pemberitaan media massa. Mungkin di beberapa titik memang sempat terasa suasana horornya ya, sehingga itu yang diblow up media.

    • Hehe media massa butuh trafic soalnya mas (blogger juga sih) iya dibeberapa tempat memang mencekam, tapi dikota saya slow2 aja… ada aksi turun ke jalan tapi sebatas bentuk dukungan ke pemerintah.

    • Duduk manis nunggunya jangan dari sekarang mbak, karena belum tau kapan postingan selanjutkan akan terbit. Bisa jadi besok, atau mungkin malah lusa. Kasian popcorn-nya ntar habis duluan *loh masak lbh kasian popcorn ketimbang orangnya* 😀

  9. Nice share mas, saya tidak terlalu memantau tentang kudeta di Turki itu, cuma baca status yang dibagikan di fb.

    Tampaknya kekuatan Bapak Erdogan sudah menancap kuat di hati masyarakat ya? Kemudian saya membaca bahwa azan-azan bersahutan seolah seperti mimpi bahwa itu bisa terjadi di Turki, setelah sebelumnya -yang saya baca- bahwa azan digantikan dengan bahasa Turki atau tidak boleh bergema melalui pengeras suara. It’s amazing.. 🙂

    Semoga Turki dan rakyat Turki selalu dijaga Allah Ta’ala dalam keadaan apapun…

    • Adzan bahasa turki sudah berakhir sejak era Adnan Menderes PM pertama yang terkudeta sekaligus digantung oleh militer. Sekarang alhamdulillah keadaan jauh lbh baik, imam dan muadzin justru digaji oleh pemerintah….

      Aamiin semoga terus begitu mas.

  10. Kmrn lebaran ndak jadi pulang ke si mbok Mas? Aku penasaran sama teori2nya. Pembaca mengajukan permintaan agar tulisannya segera di publish * pembaca demanding* Ngatos2 nggeh dhateng mriko. Stay safe 🙂

  11. Mas, pagi-pagi saat orang tua mendengar tentang kudeta ini dari TV mereka pasti panik sekali ya? Dari membaca ceritamu saja juga tergambar betapa paniknya situasi malam-malam tersebut

  12. Saya baca di koran kok serem banget ya, ada 200an yang tewas akibat kudetanya. Untung saja gagal, kalau berhasil ceritanya bisa kaya Mesir.
    Negara seperti Turki aja bisa ada konflik sebesar itu ya, padahal negara makmur & maju.

Leave a reply to Story of Repentance Cancel reply