Di suatu siang, di antara obrolan hangat tentang masa depan. Seorang wanita yang duduk di depan saya ini, tiba-tiba bertanya di luar topik yang sedang kami bicarakan.
“Salamet, kamu punya blog ya?” tanyanya ingin tahu. Mata hijau kusamnya berbinar, menandakan bahwa ia benar-benar ingin tahu.
“Benar Hocam, sekedar untuk mengisi waktu saja” jawab saya, sambil mikir kok bisa wanita di hadapan saya ini tahu. Kami memang sering ngobrol dan diskusi, tapi tidak pernah ngomongin tentang dunia perblogan. Apalagi, ngomongin isi blog yang sedang Anda baca sekarang ini. Buang-buang waktu. Lha wong, isinya random bin absurd.
“Apa saja isinya?” tanyanya lagi.
Aha! untung 99% tulisan di blog ini dalam bahasa Indonesia, yang jelas ia tidak paham sama sekali. Kecuali, ia menggunakan gugel translate. Tapi untungnya, tidak semua tulisan di blog ini saya tulis dengan bahasa baku. Jadi bakal susah untuk dimengerti bagi mereka yang memang tidak mengerti sama sekali bahasa Indonesia. Kan malu, kalau sampai wanita ini mengerti isinya. Karena dalam beberapa tulisan, sering nyempil tulisan hmm kalian-semua-tau-sendiri.
“Tentang cerita perjalanan dan beberapa tulisan yang tidak penting. Semacam travel blog” jawab saya. Meskipun, pada kenyataanya tulisan tentang perjalanan jauh lebih sedikit ketimbang tulisan yang tidak pentingnya. ^^
“Oh ya, kamu kan suka fotografi”
“Begitulah, Hocam. Ngisi waktu luang, sekalian ngarsipin kenangan” jawab saya bangga. Ternyata wanita di depan saya ini diam-diam kepo, tapi untungnya ia nyasar ke blog yang tidak mungkin ia mengerti.
“Bagus! jadi kalau begitu, kamu nulis jurnal lagi tidak apa-apa dong” pintanya. Sekarang, matanya nampak lebih sungguh-sungguh ketimbang mata pada pertanyaan pertama.
Mampus!
Eeyalah, ternyata yang tadi itu cuma modus. Ujung-ujungnya kok begini.
Dasar wanita, pinter amat ngerayu.
*Hocam >> dalam bahasa Turki berarti Guruku. Sebutan paling umum untuk memanggil guru, dosen, atau professor.
***
Moral Story:
K.E.P.O adalah terminologi baru yang muncul di era digital sekarang ini. Ketika, dulu semua dalam bentuk fisik (bisa foto, tulisan, bahkan buku diary) kini mengarsip rapi dalam bentuk digital yang orang lain mudah sangat ikut menikmati. Aktivitas; mencari, mengamati, lalu mendalami, lantas kemudian menyimpulkan informasi terkait sesuatu atau seseorang inilah yang disebut KEPO (Knowing Every Particular Object).
Tapi, bukan berarti bahwa aktivitas semcam kepo ini hanya muncul akhir-akhir ini saja. Boleh jadi sejak ratusan tahun silam. Contohnya; gara-gara iseng ngepoin tumpahan air dari bak mandi Sang Archimedes-pun bisa membuat rumusan yang kini kita kenal sebagai hukum Archimedes.
Jadi, jangan heran ketika ada orang yang sukanya kepo. Boleh jadi ia tengah meriset, untuk menyimpulkan bahwa bumi itu sebenarnya tidak bulat atau kotak (datar) melainkan berbentuk hati. Indikasinya; banyak makhluk di bumi ini yang sedang jatuh hati.
Nah!
Jadi, pesan buat blogger (dan mungkin saya sendiri). Blog atau socmed lain yang kalian miliki memang milik kalian, yang mana kalian boleh berbuat kehendak semaunya. Tapi, ketika ia masuk ke ranah publik, menjadi konsumsi publik, maka akan beda cerita.
Berhubung, banyaknya generasi kepo di luar sana.
Hemat saya; tidak perlu, semua cerita kita ceritakan. Dengan tidak bercerita semuanya, bukan berarti kita sedang tidak jujur. Karena, mungkin dari sekian banyak cerita yang kita memiliki ada ketersinggungan dengan orang lain.
Teruntuk, yang sekolah atau mahasiswa, kalau mau cerita tentang dosennya yang ngeselin. Tetep ceritakan yang baik-baik saja. Meskipun skripsi kalian ditolak lebih banyak, ketimbang ditolak sama calon pacar (buat yang pacaran). Karena boleh jadi, guru atau dosen kalian iseng kepo seperti dosen saya itu.
Yang sedang berteman, ceritakan tentang teman yang baik-baik saja. Dalam pertemanan, musuhan, diem-dieman, atau bahkan berantem adalah wajar. Tulisan yang berbau provokasi jelas tidak akan membantu untuk memperbaiki hubungan pertemanan kalian.
Yang berpasangan, ceritakan tentang pasangannya yang sewajarnya saja. Segala aib tentangnya, kalau bisa ditutup rapat-rapat. Tapi, kalau memuji ya ndak perlu setinggi langit. Karena khawatir, ada yang tiba-tiba tertarik ingin dijadikan isteri kedua, gara-gara setelah membaca pujian kalian itu. Ini 2016 lho, segala kemungkinan bisa terjadi. Lagipula, suami itu kan pakaian untuk sang isteri pun sebaliknya. Membuka aib pasangan itu, layaknya menelanjangi diri sendiri. Apa gak malu?
Yang sama-sama single, mari menguatkan barisan. Hahaha.
Sekian!
kadang kita juga harus selalu memikirkan dampak yang akan terjadi dimasa depan apabila kita menuliskan tentang suatu hal ya….. kadang ada yang benar2 boleh di ceritakan, ada yang tidak..
Salam.. 🙂
Agreed! tulisan dan ucapan itu sama, sama bisa setajam pedang. Jadi, berhati2 adalah kuncinya…
Mas…ini di luar topik perkepoan. Njenengan mahir bahasa Turki? Saya lagi jatuh cinta sama lagu -lagu Turki. Gara2 pas nonton video Cak Nun ada putrinya nyanyi lagu Yansin Gecere yang ternyata lagu Turki. Saya cari terjemahannya nggak nemu. Kalau njenengan mahir bahasa Turki, bisa minta tolong terjemahin ndak? Makasih sebelumnya*kira-kira ini termasuk modus opo ora yo?*
Mahir bangit sih enggak, sedikit2 bisalah… Buru2 gak bu?
Nggak kok mas. Sekedar memuaskan rasa penasaran saya aja. Paling ujung2nya disisipin di postingan fiksi. Soalnya penyanyi aslinya suaranya bagus dan lagunya lumayan ngena di kuping saya
Wekend InsyaAllah ya Bu… saya justru belum denger lagunya sih hehe *jarang dengerin lagu Turki* 🙂
Kepo itu care. Hahaha
Hehe
Ya engku, mesti dijaga jua ranah pribadi itu. Tapi kalau berkeinginan jua, engku dapat menggunakan tokoh orang lain yang akan engku ceritakan sebagai diri engku. Sebab siapa tahu pengalaman nan sangat pribadi itu dapat menjadi pembelajaran bagi khalayak. Bagaimana kalau demikian engku? bolehkah?
Hmm ketentuan berlaku sih. Adakalanya meski sudah menggunakan nama samaran, tapi ketika inti masalahnya sama dan itu menyinggung boleh jadi akan muncul prahara. Amannya, tulis pakai akun anonim di media yang lain, jangan pake media pribadi. Gitu…
*claps*… bener banget…
Cibta ikut merapat ke barisan aja lah, haha 😂
Haha, jangan ampe bolong shafnya mbak… ntar digoda syetan 🙂
Ahaha, iya siyap mas Slamet…nunggu yg lain dtg dulu baru diluruskan shafnya 😊
Ahahaha menguatkan barisan dan menerima kenyataan Mas! 😀
Sini menerima kok, diterima-terimain maksudnya… 🙂
setuju… lebih baik pikir panjang dulu sebelum posting, kalo menyangkut orang lain mending dibuat cerpen, kirim ke koran…sukur kalo dimuat dapet duwit qiqiqi…btw, salam kenal…
Nah itu alternatif terbaik, sekaligus produktif!
Salam kenal juga 🙂
Gladly you dont know my old blog. If you know, hahahahahaha saya aja yg nulis mikir “ih amit amit ini anak. Alay” apalagi orang yang baca haha. You point out my thoughts very well mas. Apalagi medsoc mas. Kadang suka gagal paham sama yg hobi PDA. Suka banget jadi objek kepo haha. Because simply i do really believe nothing lasts forever, especially feeling. Sometimes up sometimes down. Sometimes in the middle. I do really dont like giving my private side of my live because this haha.
Oh iya mas bawang masih 50 ribu di indo, masih minat buat bikin bawang merah bubuk gak? Hahaha
Mana2 blog lamanya, bagiin sini dong… *kepo
Lah kok saya, kan itu disiplin ilmu kamu. Saya siap jadi investor ajalah… *tp nunggu modalnya ngumpul dulu hehe
Anyway, gak hanya bawang. Semua produk pertanian yang rawan terhadap perubahan musim kayaknya perlu banget teknologi pengawetan dan manajemen storagenya… gimana2?
Haha hina bet itu -_-
Kan dulu mas minta skripsi saya kan? Haha nah berhubung udh lulus (telat), ya saya mau kasi pdf-nya ke email wkwkw. Siapa tau bisa jadi inspirasi haha.
Memang butuh olah minimal mas hasil pertanian dgn kadar air tinggi dan storage yg tepat. Hasil pertanian cenderung mudah diserang bakteri karena kadar airnya dan kandungan gizinya sehingga umur simpannya pendek. Untuk itu diperlukan olah minimal. Kaya temen saya buat apel potong yang dicoating pake asam sitrat dan disimpen beku. Dia bisa mencegah browning di apel yang kita tau kalo dipotong langsung browning dan memperpanjang umur simpan karena disimpan beku (bakteri gak bisa tumbuh di suhu rendah).
Permasalahan industri pertanian di indonesia sebagian besar dimulai dari pascapanen. Pascapanennya tradisional dan gak mengikuti SOP pascapanen yg baik. which make hasil pertaniannya rusak secara fisik, kontam dengan bakteri, warnanya berubah, dan macem”.
Kalo mas mau, mas invest di rumah pascapanen. Mas kasi penyuluhan ke petani ttg pascapanen yg baik atau mas jadi pengepul aja dari petani itu. Pascapanennya mas yg urus. Atau mas sendiri punya integrated farming. Mas nanem, mas nuai, mas jual. Kalo mas bisa punya kualitas oke, mas bisa masuk ke supermarket besar kaya total gitu” dan bisa mempekerjakan petani. Saya minat si mas kaya gitu. Tapi hanya wacana hahahahaha
Boleh dikirim ke sini parmantos@gmail.com
Aku lg nyari info ttg integrated farming itu, salah satunya ada Bumi Langit Institute di Jogja yang tiap bulannya ngadain workshop. Mereka bisa survive meskipun lahannya terbatas…
Ahhay endingnya pun seperti biasa hehe
Sukak mas, sederhana berisi tapi asik enggak menggurui 😁
Yang penting, ending jgn dipakai sbg konlusi ya mbak Arin 🙂
Nggih kak Parman 🙂
Panggil Slamet aja Mbak, jadi berasa tua aja kl dipanggil itu… meskipun Slamet kesannya jadul juga sih haha *lagian kita kan seumuran* 😀
Bapak Slamet? *formalnyo
Apa kak Amet? Kak Am? *seenaknya haha
Eh 21?
Manggil yang seumuran sih biasanya nama aja mbak… hehe
Waduuh jadi saya harus mulai nulis yang agak kampret-kampret nih. Khawatir ntar ada yang minta dijadiin istri kedua 😂😂😂
Wkwkwk
Tapi kl isteri pertama mengizinkan gmn bang? masak menolak kesempatan…. *eh
Aku tahu arti kepo ini lamaa banget
Dari berapa belas tahun yang lalu?
Bukan maksunya tahu arti kepo. Lama misalnya hits nya tahun 2014 aku baru tahu artinya di 2016 jd lama tahunya alias telat haha
Lah itu mah berarti baru tahu, bukan lama tahu… haha
Ralat deh baru tahu tp kelamaan tahunya hahha
Ketika perhatian kadang dibilang kepo *eh
Kepo, Stereotip mainstream waralaba x ya. Wikipedia ga ngejelasin di search enggine. 😀
Makanya, itu terminologi kekinian. Dulu istilahnya riset kali… tapi, istilah riset kl diaplikasikan oleh mereka yang lagi cari gebetan kok kesannya… 😀 😀
Kepo, yang biasanya suka bajak sawah. 😉
Sekarang itu sudah jarang… pak taninya sibuk kepo *eh update status 🙂
saya ikut menguatkan barisan aja kalau gitu, hahaha..
o iya, salam kenal, kak 😀
Wwah barisannya makin kuat nih… kl udah ngumpul 100 siap2 revolusi (katanya soekarno) 🙂
Oke, salam kenal juga.
Oke mari, aku turut menguatkan barisan. Btw Hocamnya punya anak gadis cakep kagak? *ini dinamakan K.e.p.o 😀
sayangnya anak beliau cowok bang? mau? 😀
Duh jangan deh, buat mas Slamet aja *ya kali mau diajakin main dingdong (((DINGDONG))) di sana hahaha #anak90-an banget ya hahaha
omg, sebelum paragraf terakhir ituloh :)).
Jadi, hati2 kl ntar udah bersuami mbak. Jangan puji ia setinggi langit, khawatir banyak yang tertarik 🙂
heu, gitu yak.
gak kepikiran ke sana yak
jadi dapat tugas baru dari dosen nih?
Begitulah bang, dan saya anaknya susah nolak… 😀
Haduh haduh endingnyaaa selalu begitu!
Di era digital macam ini, sangat tidak update di sosmed (misal di Twitter atau fb sesekali aja nyetatus atau di watsap atau bbm ga pernah ganti status) menurut saya menjadi hal yang sangat keren. Kenapa? Dengan begitu akan terkesan misterius bagi yg ingin kepo. Owh kerennya! Ahaha
Tapi kl gak ada informasi sama sekali (yang terupdate) yg mau kepo males juga… hehe
Tapi, setuju. Jangan sering2…
Ya betoool nggak semuanya harus tertulis di blog
hahaha dosennya pintar, itulah wanita mereka akan mencari titik dimana cowok susah
untuk ngeles dan dapet, hayo mas mau nyari alasan apalagi gak nulis jurnal padahal blog yang
katanya gak penting aja bisa ditulis. Pengen merapatkan barisan ah tapi gak mau juga kalau bisa hahaha
Itulah dia, pinter jebak kan sini jadinya susah ngelak. 😀
trip ini bisa saya pake mas jika kepepet atau diperlukan hahaha makasih ya
((hard reminder))
terkadang melow side mampu mengalahkan logical side jadinya curhat gak jelas di medsos. ujung2nya ketika logic nya balik lagi langsung dihapusin satu2..wasting time banget itu. kasihan followernya juga sebenernya..home mereka kena flooding curhatan gak jelas..
*tobat sama diri sendiri…
tfs Mas…
kayaknya jurnal yang masuk ke scopus udah banyak ya Mas..heuheu *mupeng
Bagusnya yang seimbang mbak, antara nalar dan perasaan. Ya biar gak nyesel aja pas habis posting hehe
Haha santai wae saya gak seproduktif itu kok…
Kadang pengertian kepo luas juga. Orang kadang pengen care dibilang kepo juga.
Nah persis seperti di komen sebelumnya, kepo is caring 🙂
Waah… pesannya bijak sekali… terima kasih mas… mnjadi bahan evaluasi diri 😊
ah bener emng bnyk orang kepo. Pengalaman gw sendiri agak ngeselin sih, gara-gara ada yang kepo baca isi blog dan salah paham.. kwkwkwkw untungnya memang 90 persen itu isinya pengalaman traveling aja
Kl blog, asal komennya mesti lewat moderasi kayaknya tidak masalah jika banyak yang ngepoin, itung2 nambah trafik mbak 🙂
Aku pikir kepo itu bahasa mandarin. Rupanya singkatan ya. Hahaha…
Menuliskan kebaikan-kebaikan/keindahan-keindahan juga berefek negatif. Apalagi jika keindahan lokasi wisata. Yang awalnya masih bersih, alami, lalu ketika diketahui orang banyak lewat tulisan, hancur deh.
Haha bener banget, gara2 dibagusin banyak tempat wisata yang rusak. Serba salah dong jadinya 😀
Wkwkwk.. Tulisannya mengingatkan aku pada jaman kuliah dulu. Nulis di FB “Mau kuliah tapi ngantuk” Eh dibaca sang dosen kemudian disebut-sebut lagi di kelas kalo ada yang ngantuk.
Tapi pertama baca aku salah fokus ke Hocam ini, aku pikir kepo tentang apaa gitu. Hehehee
Makanya hindari berteman disocmed dengan dosen atau bos… kalo keceplosan bisa gawat 🙂
Iya, setelah itu kapok deh. 😀
Beuhhh… Mantap kak, mencerahkan ni tulisan. Setiap mau ngepost kudu mikir2 lagi.. Makasih kak
Sebenarnya highlight nya pasti line terakhir. Mas, masih single ya Mas? *dikeplak*
Komen apaan ini? aku gak dong… 😀 😀
Kepo = observing with care 😀