Yang Dihindari Justru Mendekat

Dalam hal pekerjaan, saya pernah punya semacam batasan-batasan. Diantaranya; tidak mau yang terlalu terikat dengan waktu alias flexible (misal; nine to five). Menghindari dunia industri manufaktur. Hingga menjauhi bidang yang terkait pemasaran (sales & marketing). Tapi itu dulu. Sekarang nampaknya sudah mulai berdamai dari hal itu.

Lhadala. Persis seperti judul tulisan ini. Yang dihindari justru malah mendekat. Seminggu sebelum kepulangan dari Turki, saya justru mendapat tawaran (yang kemudian saya ambil setelah sekian bulan saya endapkan) untuk bekerja di dunia manufaktur. Yang kerjanya tidak lagi nine to five tapi lebih parah eight to five malah kadang eight to eight. Untungnya, saya membidangi di divisi yang lumayan saya sukai.

Lepas dari sana. Bersama dua orang, saya mendirikan usaha sendiri. Soal waktu tentu flexible, industrinya saya banget, tapi sebagai usaha rintisan yang karyawannya masih bisa dihitung jari. Saya mau gak mau harus mengurusi soal pemasaran. Karena kawan saya yang dua orang lagi fokus di operasional yang secara waktu beda lima jam dari saya. Nah di sini, saya harus belajar. Selain belajar bagaimana cara terbaik komunikasi saat memberikan tawaran ke klien, juga belajar untuk siap kecewa. Kecewa kalau tawaran saya ditolak. Kalau kata, kyai saya: Kudu tebal rai.

Baru belajar beberapa kali ditolak, ehh udah pandami aja. Alhamdulillahnya, dalam perjalanan belajar itu setidaknya saya berhasil menggait lima klien yang cukup potential.

Sekarang. Kembali saya ke pekerjaan yang berpotensi akan mengalami penolakan demi penolakan kembali. Tapi semoga aja tidak. Semoga mulus-mulus aja. Bergerak di industri retail bidang pemasaran, tentu sangat jauh dari background keilmuan saya. Tapi, saya melihat ada potensi besar. Karena masih searah dengan usaha rintisan saya. Yang kelak sewaktu-waktu saya purna dari perusahaan, saya bisa mengsinergikan dengan jejaring pemasaran yang sedang saya bangun ini.

Hari ini, adalah Jumat ke-empat setelah resmi jadi buruh korporat lagi. Alhamdulillah, sudah dua kota yang siap masuk ke jejaring distribusi. Artinya, masih ada 500an lagi kabupaten/kota seluruh Indonesia. Tentu, bukan pekerjaan yang mudah.

“Hey anak muda, life is not so easy!” kalo kata bos saya.

Kata-kata bos besar setelah program usulan saya ditolak mentah-mentah olehnya di hari pertama saya bekerja.

Pelajaran Hidup No. 24

2 thoughts on “Yang Dihindari Justru Mendekat

Leave a comment