Halo…
Bagaimana kabar 2020 kalian? apakah bernasib seperti judul tulisan di atas? hehe *pait aseli*
Baiklah, di tulisan ini saya hanya mau sedikit sharing perjalanan selama setahun ini. Apa-apa yang masih teringat sepanjang tahun kemarin. Temen-temen boleh juga share pengalamannya, siapa tau ada pengalaman yang lebih berwarna.
JANUARI
Bisa dikatakan, saya memulai tahun 2020 dengan cukup sumringah. Tentu, selain karena resmi jadi Baba bagi anak perempuan saya, Hanin. Bisnis yang saya rintis sejak awal 2019 berjalan sesuai dengan planning, bahkan melebihi target. Setidaknya, dalam bilangan kurang dari setahun sudah berdiri sebuah sister company dan berhasil mengakuisisi sebuah perusahaan temen di Jogja. Sebagai mantan buruh, yang karir terakhirnya hanya mentok di level middle management kemudian beralih jadi CEO di 2 perusahaan level kelas tenggiri teri. Sebuah lompatan karir, yang sebenarnya baru akan saya realisasikan di tahun 2022. Lebih cepat 3 tahun.
FEBRUARI
Bulan ini, secara resmi menempati ruang kantor baru, hasil make up garasi rumah mertua. Pindah dari sebelumnya di daerah Jakarta Pusat, yang jarak tempuh dari rumah cukup bikin encok, nyeri punggung, dan pegal linu *halah. Di bulan ini pula, perusahaan resmi nambah satu divisi yang khusus pengembangan teknologi.
Hikmah, ngantor di rumah sendiri :
-bisa digangguin main sama anak
-bebas macet
-bisa bangun/tidur siang
-ngopi-makan sepuasnya
Diakhir bulan, lebih tepatnya tanggal 26 Februari 2020 atau seminggu sebelum kasus pertama covid di Indonesia diumumkan, secara resmi operasional (divisi service) perusahaan berhenti sementara. Sebab utamanya penerbangan international dibatalkan. Otomatis PO-PO customer dari divisi ini juga semuanya di-pending dan bahkan dicancel. Tapi, alhamdulillahnya tidak ada direct losses akibat kejadian tersebut.
MARET
Mulai beralih jualan, yang sebelumnya hanya bisnis sampingan. Pada bulan ini karyawan tetap berusaha dipertahankan, kecuali tim lapangan yang memang sistem gajiannya per job. Manajemen inti, resmi tidak gajian. Kas perusahaan buat modal jualan dan cadangan operasional.
Pada level ini psikologi istri masih aman. Maklum, bulan kemarin saya masih sempat bilang ke dia dengan cukup optimis “Ma, sepertinya mudik tahun ini pakai mobil sendiri dan InsyaAllah akhir tahun ada dana untuk DP lahan” yang disambutnya dengan ngelendot sambil bilang “Aamiin, adek makin cinta….”
APRIL
Berkah Ramadhan, penjualan lagi puncak-puncaknya. Meskipun hasilnya hanya cukup untuk operasional. Pandemi masih menggurita, tidak seperti perkiraan kalau Covid ini bakal seperti SARS/MARS yang hilang sendiri.
MEI
Bulan menyedihkan. Beli mobil. GAGAL. Mudik GAGAL. Harapan beli lahan, apalagi. Jualan turun drastis. Dampak covid benar-benar diluar bayangan. Bahkan untuk selevel pemerintah sekalipun. Anda, sudah pasti mengerti se-gagap apa pemerintah kita menanggapinya di bulan-bulan ini bahkan sampai sekarang (?).
Kemudian, Istri mulai bertanya.
JUNI
Alhamdulillah dapat tawaran pekerjaan. Menjadi konsultan R&D pengembangan produk yang sama persis sewaktu masih bekerja di sebuah perusahaan asing. Awal agak ragu dengan tawaran tersebut, karena selain sudah lama tidak menyentuh dunia itu lagi, juga sewaktu masih bekerja tidak terlalu serius mendalami ‘resep rahasia’ teknologi produk tersebut. Tapi mengingat, angka kontrak yang saya minta dan disetujui oleh klien. Makanya, rela dibulan ini untuk mulai baca-baca dan riset lagi. Sudah semacam mahasiswa tingkat akhir, yang dikejar-kejar karena mau habis batas studinya. Galau, tidak fokus, ngemil banyak. Bahkan sampai habis 2 box extrajoss buat dopping lembur malam hari.
JULI
Sampai H-1 draft modul R&D baru jadi 80%. Saya hired teman saya yang kebetulan alumni dari perusahaan yang sama dan memang ahlinya dibidang material (yang kebetulan saya kurang menguasai). Bismillah, akhirnya kami nekat berangkat ke Bandung untuk persentasi di depan klien, karena selain diminta untuk membuat prototype produk kami juga diminta untuk membantu proses manufacturingnya.
Malam harinya, saya masih berkutat untuk menyelesaikan sisa yang 20%, yang itu adalah inti dari modul yang kami susun. Ada formula yang saya rasa masih kurang pas. Tapi, qadarallah tepat shubuh pagi, formula itu ketemu juga. The power of kepepet Allah memang luar biasa.
Singkat cerita, klien saya cukup puas. Meski, project belum bisa lanjut sesuai timeline karena klien belum siap dengan peralatan yang sebelumnya kami minta. Tapi, pembayaran tahap pertama sudah kami terima, lalu balik ke Jakarta dengan cukup sumringah. Tak lupa kami mampir rest area 87 untuk membeli bingkisan untuk keluarga.
Sampai rumah, disambut kopi hangat bikinan isteri dan senyumnya yang tak kalah hangat. Cukup hot malah. Alhamdulillah.
AGUSTUS
Belum ada kabar lanjutan dari klien terkait project tersebut. Mereka masih berkutat soal budget pembelian peralatan. Saya merekomendasikan alat-alat dari Swiss, bossnya pengin dari Cina, tapi timnya malah sibuk korespondensi dengan manufaktur dari India. Singkatnya, Mbulet gegara budget.
Di bulan ini, kami Alhamdulillah bisa mudik sekeluarga pakai mobil sendiri mertua. Lumayan. Mimpi yang tertunda haha
Namun sedihnya, akibat jarang olah raga, banyak ngemil, dan ketrigger dopping extrajoss sewaktu riset untuk project Bandung badan mulai merasakan keanehan yang tidak jelas. Cirinya; sering kencing malam hari, badan lemas setelah bangun tidur khususnya di pagi hari, sampai penurunan berat badan secara drastis (turun 10 kg). Dan benar sesuai dugaan, kena DM. Innalilahi.
SEPTEMBER
Dan saya di bulan ini, alhamdillah ditawari untuk jadi konsultan pengembangan sebuah pesantren milik seorang Kiai besar, beliau ini teman karibnya Gus Dur. Lha kok tiba-tiba ngurusin pesantren? alasan saya:
- Yang minta kyai.
- Yang diminta kesaya adalah terkait pengembangan life skill berbasis teknologi.
- Kesempatan ini, adalah barangkali menjadi momen saya untuk nyantri dan senyata-nyatanya khidmah ke kyai dan umat. Sebagai orang negeri (yang sedari kecil sekolah hingga kuliah di sekolah negeri melulu) saya memang sudah lama pengin nyantri, setidaknya biar lebih PD pas shalat berjamaah bareng isteri.
- Namun pembiayaannya saya diminta nyari sendiri. Karena, sekali lagi dampak covid ini luar biasa. Efeknya juga merambah ke pesantren-pesantren yang pembiayaanya tergantung dari orang tua santri.
Di Bulan ini, kembali ada berita sedih. Salah seorang keluarga kami (om-nya isteri) meninggal karena covid. Apalagi dari awal rujuk ke RS sampai mengantarnya ke makam kami terus mendampingi. Tak menyangka, si covid tak hanya menganggu cashflow juga andil dalam terpisahnya dengan orang tercinta.
Maka, Isteri kembali bertanya.
OKTOBER
Belum ada perkembangan signifikan. Project Bandung dengan sisa pembayarannya belum terlihat hilal-nya. Boleh jadi, klien juga sedang menahan diri untuk tidak buang-buang uang untuk investasi di masa-masa seperti ini.
Kas perusahaan saya sendiri mulai minus, bahkan sejak 2 bulan yang lalu. Untuk pembiayaan divisi teknologi. Mencoba bertahan berharap akan diganti ketika iklim bisnis membaik. Ternyata tidak. Masih terpuruk. Penerbangan internasional masih sering buka-tutup.
Di bulan ini pula, divisi teknologi kami bekukan. Karyawan terpaksa saya berhentikan sementara sampai waktu yang belum ditentukan. Padahal aplikasi yang kami kembangkan masih jauh dari sempurna, baru 70% saja.
Kemudian, saya berikhtiar untuk mencoba apply pekerjaan lagi. Saya aktifkan kembali akun jobstreet yang sudah saya tinggalkan sejak resign 2 tahun lalu.
NOVEMBER
Belum ada perkembangan signifikan. Semakin bosan dengan status ‘tanpa penghasilan tetap’. Akan tetapi, jadi lebih sering bertemu dengan orang-orang hebat di negeri ini. Dari pejabat-pejabat kementrian yang jujur dan amanah, pengusaha-pengusaha yang totalitas kepada keumatan, hingga teman-teman lama yang kembali bertemu. Yang InsyaAllah di tahun depan siap berkolaborasi.
Istri makin sering bertanya.
DESEMBER
Kurang lebih sama. Isteri makin sering bertanya dan merasa sedih di saat yang sama.
….. itu cerita saya. Bagaimana dengan kalian?
PROLOG
Bila ada dua kata, maka izinkan saya berkata dua hal ini kepada istri saya. Ibu dari anak saya.
Maaf
Maafkan suamimu, yang telah membuatmu merasakan salah satu dari ‘dua syarat’ sebelum kita mengikat dalam mitsaqan ghaliza dulu lebih awal dan agak lama. Yakni, siap untuk berjuang bersama dalam suka dan duka (gelem diajak rekoso). Keputusan untuk resign dari pekerjaan hingga berwirausaha yang terlalu cepat, tanpa menyiapkan emergency fund yang cukup. Ditambah cicilan yang belum selesai. Ini murni, mismanajemen ditambah bumbu egoisme seorang laki-laki yang digoreng dan digosongkan oleh pandemi. Menghasilkan pepes ikan teri gosong yang tak sedap dinikmati. Maafin mas ya. Lain kali, mas masakin sambal teri favoritmu. Dengan cabe gila, bawang dan teri pilihan.
Salim. Minta maaf. Kecup kening tiga kali.
Terima Kasih
Terimakasih, sudah menjadi setengah jiwa, pendamping hidup, pemilik skor ngambek lebih banyak dari saya, isteri dan ibu yang luar biasa.
Terimakasih, sudah menggantikan tugas sementara memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Terimakasih, untuk sabar dan cintanya.
Love You.
Dari (ngaku) seorang filsuf yang belum menemukan hakikat sesungguhnya sepanjang 2020.